Tentang Kami
Mengenai CU Cindelaras Tumangkar
LATAR BELAKANG PENDIRIAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR
Gagasan pendirian Credit Union Cindelaras Tumangkar dilatarbelakangi oleh fenomena yang ada di tengah masyarakat karena derasnya arus globalisasi dan kapitalisme, sehingga sebagian besar mengalami kehancuran finansial/keuangan. Gali lubang tutup lubang seakan sudah tidak dapat dihindarkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup : pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dsb. Ditambah lagi menguatnya budaya instant, konsumtif, ketergantungan dengan pihak lain; dan kondisinya semakin parah ketika kemandirian (swadaya), kebersamaan/gotong royong dan solidaritas berangsur-angsur menghilang (hidup sendiri-sendiri).
Pengkondisian kepada masyarakat untuk belanja terus - menerus sampai mati sehingga terjadi pelarian aset kepada pemilik modal besar, juga memberikan andil yang sangat besar terkait dengan kehancuran keuangan masyarakat.
Ketika masyarakat memiliki sedikit uang, sudah tidak ada tempat lagi yang produktif/aman untuk menyimpannya, bunga simpanan seringkali tidak mencukupi untuk membayar biaya administrasi , pajak bunga, dan biaya teknologi, sehingga simpanannya semakin hari justeru semakin habis. Di sisi lain, keinginan masyarakat untuk mengembangkan diri terhambat hanya karena ketidakmampuan untuk mengakses modal. Kalaupun ada, beban pengembalian kredit untuk pengadaan modal itu ternyata justru memberi beban yang lebih besar lagi dan tidak memberi ruang untuk pengembangan usaha.
Prihatin akan situasi di atas, Credit Union Cindelaras Tumangkar (CUCT) hadir dan mencoba memberikan sebuah solusi dimana nilai tabungan bisa tumbuh sejalan dengan akses modal untuk usaha. Artinya, dalam waktu yang sama, anggota bisa memiliki tabungan dan mengakses modal. Dengan cara ini, anggota dapat memiliki pendapatan di dua tempat, yaitu pendapatan pasif dari tabungan berupa Balas Jasa Simpanan (BJS) dan pendapatan aktif dari keuntungan usaha. Jadi, untuk mendapatkan modal usaha, anggota tidak perlu kehilangan tabungan sebagai bekal menuju kemandirian dan hidup lebih berkualitas.
Hal lain yang malatarbelakangin pendirian CUCT adalah hasil diskusi tentang bagaimana seharusnya anak bangsa mengelola indonesia ditengan derasnya arus globalisasi dan kapitalisme. Diskusi tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Lo-Rejo bersama Bina Desa dan Yayasan Cindelaras Paritrana dalam Gerakan Sosial Baru: Indonesia yang lain pada tanggal 20-24 Juli 2005. Kegiaatan ini dihadiri oleh lebih dari 400 orang yang merupakan perwakilan dari komunitas -komunitas yang berasal dari seluruh penjuru tanah air. Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah tokoh nasional seperti, K.H. Habib Qirzin, Muchammad Sobari, Uskup Sunarto SY, Said Agil Siradj, George Yunus Aditjondro, Bambang Ismawan, Ahmad Tohari, Mbh Marijan, dll.
Rekomendasi dari kegitan tersebut adalah: "mengembalikan pengelolaan ekonomi negara kepada pemikiran - pemikiran Bung Karno dan Bung Hata melalui sistem ekonomi kerakyatan (sesuai pasal 33 UUD 1945: perekonomian disususan sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan)".
Menanggapi rekomendasi dari kegiatan GSB tersebut, para perwakilan komunitas dampingan YACITRA yang berjumlah 50 orang melakukan Strategic Planning di Lo-Rejo Puluhan Sumberarum Moyodan Sleman pada tanggal 17-20 Februari 2006 yang di fasilitasi oleh YACITRA dan BK3D Kalimantan (sekarang BKCUK), yang menghasilkan Credit UNION Wijaya Mulya yang akhirnya berubah nama menjadi Credit Union Cindelaras Tumangkar dan selanjutnya membekali diri dengan cara magang di CU Pancur Kasih dan CU Lantang Tipo di Kalimantan Barat pada bulan Maret - Juni 2006 dan secara evektif menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 16 Juni 2006.